Antara Lin Dan, Idola dan Pertandingan yang Tak Terlupakan

Lin Dan (Tiongkok) menghadang serangan.
Lin Dan (Tiongkok) menghadang serangan.
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Sepak terjang tunggal putra Tiongkok, Lin Dan di kancah bulutangkis dunia tentunya sudah tidak perlu diragukan lagi. Boleh dibilang, Lin Dan merupakan salah satu pebulutangkis terbaik di generasinya, atau bahkan sepanjang sejarah. Kini kiprah Super Dan sudah memasuki masa senja karena usianya yang tidak muda lagi. Meski begitu, kehadirannya di karpet hijau tetap disegani dan dihormati lawan-lawannya sampai saat ini.

Mental juara yang ada pada diri pebulutangkis 32 tahun itu terbukti sukses memetik hasil manis selama 19 tahun berkarier di dunia tepok bulu. Dengan teknik yang di atas rata-rata, Lin Dan sudah berhasil mengalungkan dua medali emas Olimpiade (Beijing 2008 dan London 2012), lima titel Juara Dunia (2006, 2007, 2009 2011 dan 2013), enam gelar All England (2004, 2006, 2007, 2009, 2012 dan 2016) serta masih banyak lagi.

Meski pernah menghadapi banyak pemain hebat, namun Super Dan dikenal memiliki rivalitas besar dengan Taufik Hidayat (Indonesia) dan Lee Chong Wei (Malaysia). Walaupun begitu, Lin Dan mengaku tetap mengidolakan keduanya. Ia juga mengatakan bila sosok mantan pebulutangkis Indonesia yang kini menjadi pelatih Malaysia, Hendrawan menjadi salah satu panutannya di dunia bulutangkis.

“Taufik dan Chong Wei sangat berbakat, sedangkan Hendrawan jadi pemain hebat berkat kerja kerasnya,” kata Lin Dan dalam wawancara dengan media India, Femina, empat tahun lalu seperti dikutip dari bola.com.

Dari sekian banyaknya pertandingan yang sudah ia jalani, Lin Dan menyebut partai final Olimpiade Beijing 2008 sebagai laga yang paling berkesan dalam karier maupun hidupnya. “Pertandingan itu digelar di negara saya dan saya berhasil memenuhi ekspektasi tinggi dari masyarakat dengan meraih medali emas. Saya akan selalu mengingat momen tersebut,” ungkapnya.

Pada partai puncak Olimpiade Beijing 2008 lalu, Lin Dan berhasil mengalahkan rival klasiknya, Lee Chong Wei. Kesuksesan tersebut kembali terulang empat tahun berikutnya, yakni di laga final Olimpiade London 2012. Lagi-lagi, Super Dan mampu menaklukkan Chong Wei dengan skor 15-21, 21-10 dan 21-19. Raihan manit itu pun lantas membawa Lin Dan menjadi pemain pertama yang berhasil mempertahankan gelar tunggal putra bulutangkis di kancah Olimpiade.

Di sisi lain, Lin Dan juga sempat bercerita tentang arti tato yang menempel di tubuhnya. Super Dan memang memiliki banyak tato. Dia punya lima tato dengan arti berbeda, mulai dari inisial namanya, inisial nama panggilan istrinya (Xie Xingfang), penghormatan untuk sang nenek, potongan kalimat favoritnya hingga dan simbol jumlah titel turnamen major yang sudah diraihnya.

“Saya selalu tertarik dengan tato. Fungsi tato untuk pria hampir sama dengan anting yang dipakai wanita, yaitu membuat seseorang menjadi lebih cantik/tampan,” tutur Lin Dan.

Dengan usia yang sudah menginjak kepala tiga, Lin Dan sadar bila dirinya sudah berada di pengujung karier. Dia pun telah memiliki rencana bila nantinya memutuskan untuk gantung raket. “Saya ingin mempromosikan bulutangkis ke seluruh dunia. Selain itu, saya ingin anak saya nanti jadi pemain bulutangkis juga,” tutupnya.