Sulitnya Bersaing di Level Elite

Febriana Dwipuji Kusuma/Amallia Cahaya Pratiwi (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Febriana Dwipuji Kusuma/Amallia Cahaya Pratiwi (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Saat ini, ganda putri dan ganda campuran Indonesia dinilai mempunyai problem yang serupa dengan minimnya sumber daya yang mampu bersaing di level elite. Febriana Dwipuji Kusuma/Amallia Cahaya Pratiwi (Ana/Tiwi) masuk dalam jajaran sepuluh besar dunia, tetapi mereka masih kesulitan untuk mengalahkan pasangan China, Jepang, Korea Selatan, atau Malaysia.

Semisal, pada Indonesia Open 2025 di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, belum lama ini, tuan rumah memiliki tujuh ganda putri. Namun, hanya Ana/Tiwi yang mampu menembus babak delapan besar. Sementara, tiga pasangan lainnya, Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti, Apriyani Rahayu/Febi Setianingrum, dan Rachel Allessya Rose/Meilysa Trias Puspitasari, kalah di babak kedua.

Adapun, Siti Sarah Azzahra/Agnia Sri Rahayu, Az Zahra Ditya Ramadhani/Arlya Nabila Thesa Munggaran, dan Rinjani Kwinara Nastine/Isyana Syahira Meida, harus angkat koper lebih dini dari turnamen bulu tangkis level BWF World Tour Super 1000 tersebut.

Pelatih ganda putri pelatnas bulu tangkis Indonesia Karel Mainaky berpendapat, pemain-pemain "Merah Putih" kerap melakukan kesalahan sendiri secara beruntun. "Mereka bisa melakukan lima hingga enam kesalahan berturut-turut," tuturnya, dikutip dari Kompas pada Senin (16/6).

"Ini berbeda dengan pemain negara lain yang bisa langsung berman baik lagi setelah melakukan kesalahan," katanya, dalam artikel berkepala berita "Mau Apa Setelah Indonesia Terbuka?" tersebut.

Seusai Indonesia Open 2025, skuad ganda putri Indonesia memiliki waktu sekitar tiga minggu untuk berlatih sebelum bertolak ke Jepang dan bertanding pada Japan Open 2025, 15-20 Juli. Ana/Tiwi, Lanny/Fadia, dan Rachel/Trias, akan bertarung di turnamen level BWF World Tour Super 750 ini.