Si Bola Karet yang Terus Mencari Talenta Baru

Lius Pongoh (Djarum Badminton)
Lius Pongoh (Djarum Badminton)
Nasional ‐ Created by EL

Kudus | Nama belakang Pongoh seolah sudah merekat kuat dengan bulu tangkis nasional. Darius Pongoh, Lius Pongoh, dan Raventus Pongoh. Tiga figur ini mengisi perjalanan bulu tangkis di Tanah Air. Ketiganya getol dalam mengasah kemampuan atlet-atlet muda bulu tangkis, meski bidang yang digeluti trio kakek, anak, dan cucu ini, berbeda-beda.

Darius, ayah Lius, adalah pelatih bulu tangkis andal dalam memoles talenta-talenta muda yang di kemudian hari sukses mengangkat pamor Indonesia di gelanggang internasional. Ardy B Wiranata, Richard Mainaky, atau Yuni Kartika, adalah beberapa nama yang pernah dilatih oleh Darius. "Oom Pongoh orangnya suka bercanda tapi tegas. Punishment-nya berupa physical training," ungkap Ardy, melalui buku Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia.  

Sementara, Lius adalah pebulu tangkis nasional yang pada era keemasannya dijuluki si bola karet, lantaran doyan lompat sana-sini kala bertarung di arena pertandingan. Garis besarnya, Lius adalah pemain yang lincah dan ulet, terutama ketika harus mengejar bola-bola yang sulit dijangkau oleh pemain berpostur badan pendek.

Sejak Februari 2011, Lius masuk ke dalam kepengurusan PB Djarum. Ia pun kian terlibat aktif dalam pencarian pemain berbakat melalui Audisi Umum yang digelar oleh PB Djarum, bersama sejumlah legenda bulu tangkis Indonesia lainnya. Mereka berkeliling ke sejumlah kota untuk mencari bibit potensial sebagai calon penerima beasiswa bulu tangkis dari Djarum Foundation.

Meski sudah lama gantung raket, semangat Lius dalam mencari talenta-talenta bulu tangkis di pelosok-pelosok kota di Tanah Air, tak jauh berbeda dengan kelincahannya sebagai atlet. "Kegiatan saya nggak jauh beda, tetap mengurusi bulu tangkis. Saya bersyukur dipercaya oleh PB Djarum untuk mengurusi atlet-atlet muda ini. Seperti sekarang ini, nih, saya masih mencari atlet-atlet muda melalui Audisi Umum PB Djarum," ungkap Lius saat berbincang dengan Djarum Badminton pada pekan lalu di GOR Djarum, Jati, Kudus, Jawa Tengah.

Sementara, Raventus sudah berlanglang buana selaku wasit, memimpin pertandingan-pertandingan bulu tangkis internasional di berbagai level turnamen maupun kejuaraan. Salah satu gawean anyarnya adalah ketika Raven --begitu pria berkacamata ini karib disapa-- dipercaya memimpin sejumlah laga di Indonesia International Series 2022 dan Indonesia International Challenge 2022 yang berlangsung di GOR Amongrogo, Yogyakarta.

"Anak saya ada yang menjadi wasit. Emang tidak jadi pemain seperti saya, tetapi saya tetap bersyukur dan berharap agar dia bisa mengharumkan nama Indonesia lewat bidang perwasitan," ujar Lius, yang lahir di Jakarta pada 3 Desember 1960.

Acap kali duo bapak-anak ini bekerja bareng di sejumlah turnamen atau kejuaraan, satu di antaranya adalah Audisi Umum PB Djarum 2022. Lius masuk dalam jajaran Tim Pencari Bakat yang bertugas mencari bibit-bibit bulu tangkis, sementara Raven sibuk mengurusi perangkat pertandingan. Ia memegang komando atas para wasit yang memimpin ratusan pertandingan yang dipantau oleh Tim Pencari Bakat. Melelahkan, lantaran ada ribuan atlet yang bertanding dan berjuang untuk mendapatkan beasiswa bulu tangkis.

Hingga kini, Lius dan Raven sepikiran dan tetap memiliki semangat, mungkin tepatnya penasaran, dalam mencari dan menemukan bibit-bibit unggul di Tanah Air. "Orangtua saya, dulu, melatih anak-anak kecil. Dan saya pun senang melatih anak-anak kecil, bertemu dengan para pemain muda. Saya selalu semangat mencari bibit-bibit unggul yang saya yakin banyak di Indonesia ini. Saya pun selalu menaruh harapan agar mereka kelak bisa menjadi pemain-pemain kebanggaan Indonesia," harapnya

Namun, salah satu tantangan pada "jaman now" dalam membina atlet-atlet muda adalah mengusir pola pikir instan di benak para atlet maupun orangtua. Beberapa kali Lius menjumpai orangtua yang menginginkan anaknya langsung berprestasi. Tak sedikit pula dijumpainya, atlet-atlet muda yang sudah merasa lebih baik daripada anak-anak sepantarannya, meski hanya bermodalkan satu kemenangan atau menjuarai sebuah kejuaraan atau turnamen semata. "Meski sabar-sabat sedikit. Itu sudah menjadi tugas saya untuk memberi tahu orangtua kalau prestasi itu nggak segampang membuat mie instan. Itu salah satu tantangan saya di jaman sekarang," kata kampiun Indonesia Open 1984 ini.

Mengenai Audisi Umum pada tahun ini, Lius tetap berharap, kelak, muncul setidaknya lima atau bahkan 10 atlet yang dapat menjadi --seperti sebutannya-- pahlawan bulu tangkis Indonesia di arena internasional. "Kita semua yang terlibat di kegiatan Audisi Umum ini, kan, sudah berupaya keras untuk mencari bibit-bibit unggul. Pasti, bukan hanya saya tapi semua yang terlibat di sini, begitu juga masyarakat Indonesia nanti, menaruh harapan besar agar anak--anak ini bisa mengharumkan nama bangsa melalui bulu tangkis," pungkasnya.