Indah Ingin Punya Kesempatan Bersaing di Level Senior

Indah Cahya Sari Jamil (Indonesia).
Indah Cahya Sari Jamil (Indonesia).
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Pebulutangkis muda ganda campuran Indonesia, Indah Cahya Sari Jamil berharap bisa segera mendapatkan kesempatan untuk bersaing di level yang lebih tinggi lagi. Meski baru berusia 18 tahun, bukan tidak mungkin bagi Indah berlaga di level senior. Pasalnya, pebulutangkis binaan PB Djarum Kudus ini sudah mengantongi sejumlah prestasi membanggakan, salah satunya Juara Dunia Junior 2018.

“Target aku tahun ini, semoga bisa bersaing sama yang di atas (senior). Kalau ada kesempatan, aku mau bersaing sama yang senior di turnamen yang lebih tinggi lagi,” kata Indah Cahya Sari Jamil saat berbincang di Instagram live PBSI, @badminton.ina, Selasa (12/5).

Sebagai ganda campuran nomor satu dunia, Indah sudah menyandang titel Juara Dunia junior 2018 dan Juara Asia junior 2019 bersama Leo Rolly Carnando. Bahkan, Indah juga menjadi salah satu pejuang tim junior Indonesia saat merebut Piala Suhandinata pada Kejuaraan Dunia 2019 lalu di Kazan, Rusia. “Senang banget bisa dapat Piala Suhandinata, karena aku baru tahu setelah menang kalau piala itu sudah lama nggak kembali ke Indonesia,” ujarnya.

Sukses meraih gelar Juara Dunia Junior 2018, Leo/Indah mesti rela kehilangan gelar dan pulang dengan status runner up pada World Junior Championships 2019 lalu. Meski begitu, Indah mengaku tidak merasa kecewa. “Nggak kecewa belum bisa pertahankan gelar juara dunia, karena aku sudah berusaha maksimal. Mungkin itu yang dikasih Tuhan, jadi aku syukuri saja,” ungkapnya.

Meski tak lagi berpasangan dengan Leo, sepanjang 2020 ini, Indah yang baru saja diduetkan dengan Teges Satriaji Cahyo Hutomo sudah berhasil mengoleksi dua gelar juara dari ajang Dutch Junior International 2020 dan German Junior 2020. “Persaingan di junior sudah lumayan ketat, apalagi dari Tiongkok dan Jepang. Lawan mereka itu nggak gampang, mainnya ulet dan penempatannya bagus-bagus,” tuturnya.

Lebih lanjut gadis kelahiran Makassar, 16 Maret 2002 ini pun mengatakan bila Teges dan Leo memiliki tipikal permainan yang berbeda. “Teges bola atasnya kencang dan bagus, jadi aku enak di depannya, mau gimana-gimana mainnya tinggal dikomunikasikan saja di lapangan. Kalau Leo mainnya nggak langsung nyerang, dia bolanya lebih ngatur. Ya pokoknya ada plus minusnya lah,” jelas Indah.