Ikhsan Rumbay, Disuruh Main Bulu Tangkis supaya Kurus

Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay (Djarum Badminton)
Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay (Djarum Badminton)
Nasional ‐ Created by EL

Jakarta | Dulu, belasan tahun lampau di Sulawesi Utara, ada seorang anak yang diajari bermain bulu tangkis oleh orangtuanya dengan maksud bukan untuk kelak menjadi atlet profesional, melainkan menurunkan berat badan. Tujuan tersebut juga dilatarbelakangi kekalahan dari bocah sepantarannya. Anak itu namanya Ikhsan Leonardo Imanuel Rumbay, yang pada masa pertumbuhan awalnya merasa kelebihan bobot tubuh.

"Main badminton dari umur delapan tahun. Itu baru main, belum latihan. Soalnya waktu itu, kan, aku gendut," ungkap pebulu tangkis kelahiran Tomohon, Minahasa, Sulawesi Utara, pada 15 Januari 2000.

"Jadi disuruh buat kurus aja. Pas saya main, saya kalah sama teman saya dan saya nggak terima. Terus, Papa saya suruh saya latihan. Dan latihan untuk ngalahin orang itu aja," tambahnya, seraya tergelak.

Usai rasa penasarannya terpenuhi, Ikhsan kecil mulai serius menekuni olahraga pukul bulu ini. Ia mulai berlatih di klub Mutiara Tondano sebanyak tiga kali dalam satu minggu. Namun, jatah waktu latihan tersebut dirasa kurang hingga akhirnya Ikhsan berlatih saban hari di klub yang tak jauh dari kediamannya itu.

Memasuki masa remaja, Ikhsan berkesempatan berlatih di SKO Ragunan dan ditangani Luluk Hadianto. Mantan atlet ganda putra Indonesia itu kepincut untuk memoles kemampuan Ikhsan. Namun, Ikhsan muda rupanya masih betah bermukim di kampung halaman dan meninggalkan sekolah olahraga di kawasan Jakarta Selatan tersebut. Setahun kemudian, Luluk terbang ke Manado guna menghadiri Sirkuit Nasional. Kesempatan itu menjadi perjumpaan antara Luluk dan Ikhsan untuk kesekian kalinya, yang berujung pada keputusan untuk hijrah ke Jakarta.

Pada 2017, Ikhsan bergabung dengan PB Djarum. Ia terbang ke Amerika Selatan dan berhasil meraih titel runner-up dari International Series. Selain itu, setelah setahun menghuni pelatnas Cipayung dengan status atlet magang, setahun kemudian Ikhsan resmi menjadi atlet pelatnas.

Sepenggal cerita Ikhsan kecil hingga masuk ke gerbang Cipayung terangkum dalam sebuah tayangan bincang-bincang "Up Close" di situs berbagi video YouTube, yang dipandu oleh mantan atlet bulu tangkis Yuni Kartika. Pada tayangan garapan Usee Sports itu, Yuni sempat menyinggung beberapa nama pemain elit dunia yang seangkatan dengan Ikhsan, yaitu Kunlavut Vitidsarn dari Thailand dan Lakshya Sen (India).

Ikhsan, kini menempati peringkat 83 dunia. Sementara, Kunlavut berada di peringkat 7 dunia dan Lakshya di peringkat 12 dunia. Menanggapi hal ini, Ikhsan berpendapat, "Mereka sudah on the track. Apa yang mereka rencanakan sejak junior, kini mereka bisa tembus level elit. Ada yang ketemu Anthony Ginting, Mas Vito (Shesar Hiren Rhustavito)."

"Di situ saya lihat, dari diri saya agak ketertinggalan. Tapi saya berpikir juga, jangan patah semangat. Mungkin setiap orang naiknya beda-beda, ada yang cepat, biasa saja, ada yang nanti terakhir. Saya coba untuk lebih konsisten aja, latihan lebih semangat," Ikhsan, menambahkan.

Ikhsan juga menilai, selain tuntutan bekerja keras dalam latihan, keberhasilan Kunlavut dimulai dari cara mengatur strategi dan pemilihan pertandingan sehingga peringkat para pemain dapat meningkat. Dengan meningkatnya peringkat, Kunlavut maupun Lakshya dapat bersaing di level pertandingan yang lebih tinggi. "Saya lihat, dari cara mereka mengatur pertandingan, Kunlavut, dia kalau sudah juara Challenge, dia nggak main Challenge lagi. Dia bakal dimainin di (level) 100, 300. Dan kalau bisa 500, dia masuk," ujarnya.

"Lakshya Sen hampir sama, tapi lebih konsisten Kunlavut," tambahnya.

Ikhsan, yang dalam waktu dekat akan bermain di China Masters 2023, 14-19 Maret, tetap menyimpan harapan besar untuk dapat bersaing di level atas. "Kalau dari saya, cepat-cepatlah bisa mengejar mereka. Bisa nyamain," pungkasnya.