Siasat dan Kerja Ekstra Keras Ratchanok Intanon

Ratchanok Intanon (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Ratchanok Intanon (Djarum Badminton/Edward Luhukay)
Internasional ‐ Created by EL

Jakarta | Memasuki usia 30 tahun, Ratchanok Intanon menjalani salah satu musim terbaik dalam kariernya. Tunggal putri Thailand berperingkat ke-7 dunia itu untuk kali pertama lolos ke BWF World Tour Finals (WTF) sejak 2022 berkat performa konsisten sepanjang musim, termasuk menjuarai Indonesia Masters dan Kumamoto Masters Japan, serta empat kali menembus semifinal. Ia juga sukses merebut medali emas SEA Games Thailand 2025, yang menjadi keping emas perdananya pada ajang multi-cabang Asia Tenggara itu.

Pada BWF WTF 2025 di Hangzhou, China, pekan lalu, Intanon mencatatkan diri sebagai semifinalis. Ia kalah dari Pornpawee Chochuwong pada laga pembuka fase penyisihan grup. Namun, mundurnya rekan senegaranya tersebut akibat cedera membuka peluang bagi Intanon untuk melanjutkan perjuangan hingga babak empat besar, setelah menempati posisi runner-up grup berkat kemenangan atas wakil tuan rumah, Han Yue.

Namun, perjuangannya pada turnamen bulu tangkis penutup musim tersebut terhenti. Ia kalah dari kompatriot Han, Wang Zhi Yi, setelah melalui laga tiga gim berdurasi 76 menit yang berakhir dengan skor 21-15, 17-21, 11-21. "Pertandingan ini sangat berat dan penampilan Ratchanok benar-benar bagus. Saya tentu senang bisa memenangkan laga ini, tetapi saya merasa tidak cukup cepat menemukan tempo permainan. Jika dibandingkan dengan pertemuan terakhir kami, saya melihat dia datang dengan strategi yang lebih matang," tutur Wang, mengenai pertemuan ke-11 melawan Intanon, sebagaimana dilaporkan laman BWF.

Intanon bertolak ke Hangzhou, China, kota tempat digelarnya BWF WTF 2025 setelah merampungkan SEA Games Thailand 2025. Juara Dunia 2013 ini mengakui, ia tidak berada pada level tertinggi untuk bersaing dengan tujuh pemain tunggal putri elite lainnya pada BWF WTF 2025. "Saya sebenarnya tidak begitu percaya diri dan masih berusaha menemukan keseimbangan. Karena kadang ketika saya sangat membutuhkannya, saya justru tidak mampu mengendalikan apa pun, termasuk mentalitas. Namun, pada akhirnya, saya berhasil mengalahkan diri saya sendiri terlebih dahulu. Itulah yang membuat saya mampu mengalahkan lawan," jelasnya.

Seturut munculnya generasi baru dan ketatnya persaingan dengan para pemain berpengalaman di sektor tunggal putri, Intanon mengakui adanya perubahan dalam pendekatan latihannya. Ia kini mengurangi porsi latihan teknik dan lebih banyak mencurahkan waktu pada upaya menjaga serta meningkatkan kebugaran fisik. "Saya berusaha meningkatkan aspek fisik karena saya percaya hal itu sangat penting pada usia saya saat ini," kata atlet kelahiran 5 Februari 1995 di Yasothon ini.

"Sisi mental juga sangat berkaitan pada tingkat kepercayaan diri terhadap kebugaran. Jika kondisi fisik terasa baik, performa di lapangan pun bisa maksimal," Intanon, menambahkan.

Ia kembali menegaskan, fokus utamanya saat ini adalah menjaga kebugaran fisik dibandingkan mengasah kemampuan teknik, yang menurutnya telah terbentuk secara alami sejak usia muda. Intanon yakin, dengan kepercayaan diri yang tinggi, seorang pemain dapat menampilkan performa terbaik dan melakukan apa pun yang diinginkan di lapangan.

Untuk tetap bersaing di level elite dunia, Intanon menilai dirinya harus tampil lebih kuat dibandingkan sebelumnya, sekaligus menjaga keyakinan bahwa ia masih mampu menampilkan performa sesuai dengan yang diinginkan. Ia sadar betul, gaya permainan di sektor tunggal putri kini telah mengalami perubahan signifikan dibandingkan saat ia masih muda. "Saya semakin bertambah usia, sehingga harus mengeluarkan energi yang jauh lebih besar," tuturnya.

"Sekarang para pemain cenderung bermain lebih defensif. Setiap pukulan menuntut kesabaran, dan Anda tidak selalu bisa melancarkan serangan mematikan meski menginginkannya. Karena itu, saya lebih memfokuskan diri pada kebugaran, mengingat selama hampir 20 tahun saya telah bermain dengan mengandalkan keterampilan," jelas Intanon.

"Sekarang para pemain bermain lebih defensif. Anda harus sabar pada setiap pukulan dan Anda tidak bisa melakukan serangan mematikan, meskipun Anda menginginkannya. Jadi saya lebih fokus pada kebugaran karena selama 20 tahun saya telah bermain dengan keterampilan," jelasnya.

Beberapa pekan menjelang BWF World WTF 2025 menjadi masa-masa yang sangat menguras fisik bagi Intanon. Setelah menjuarai Kumamoto Masters Japan, ia langsung bertolak ke Australia untuk tampil pada Australia Open, lalu kembali ke Bangkok guna memperkuat tim nasional Thailand pada SEA Games. Intanon mengakui, padatnya jadwal tersebut berdampak pada kondisi kebugarannya. "Ini sangat melelahkan bagi saya di usia sekarang. Dari segi fisik, tentu menjadi tantangan besar karena saya merasa kehilangan energi. Idealnya Anda harus berada dalam kondisi 100 persen, sementara saya tidak sepenuhnya berada di level itu. Namun, saya tetap berusaha berjuang semaksimal mungkin," demikian Intanon.