Mathias Boe Pensiun di Tengah Pandemi

Mathias Boe (Denmark).
Mathias Boe (Denmark).
Internasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Salah satu pebulutangkis ganda putra Denmark yang paling berprestasi, Mathias Boe mengumumkan jika dirinya pensiun atau gantung raket pada Kamis (23/4). Peraih medali perak Olimpiade London 2012 ini mengatakan jika pandemi COVID-19 ini tidak ada kaitannya dengan keputusan yang diambilnya itu.

“Saya membuat keputusan ini sebelum All England kemarin. Jadi syukurlah, karir saya tidak berakhir karena virus. Saya lega karena ini akan menjadi cara yang aneh untuk mengakhiri karir saya. Lagi pula, saya tidak akan pernah memulai lagi setelah sebulan jauh dari pelatihan reguler,” ujar Mathias Boe seperti dikutip dari situs resmi BWF, bwfbadminton.com.

“Saya tidak lagi sekuat macan kumbang. Dan jika kalian telah mencapai usia saya, sesuatu yang istimewa perlu dilakukan untuk mengikutinya. Saya memberi tahu pelatih dan pasangan saya (Jakob Hoi dan Mads Conrad-Petersen) tentang keputusan ini. Saya pikir mereka sedikit terkejut, tapi saya juga berpikir mereka berdua pasti mengerti keputusan saya,” lanjutnya menambahkan.

Boe mengawali debut internasionalnya pada 1998 lalu. Boe baru berpasangan dengan Mads pada 2019 setelah sebelumnya sempat berduet dengan Michael Jensen, Thomas Hovgaard, Michael Lamp dan Carsten Mogensen yang dinilai paling sukses sepanjang kariernya. Kombinasi Boe/Mogensen saat era itu dinilai memiliki kecerdasan dan keterampilan.

Boe/Mogensen menjejaki final pertama mereka di kejuaraan Amerika Open 2004. Sejak itu, kemudian keduanya banyak memenangkan perhargaan dan gelar juara, termasuk medali perak di Olimpiade London 2012 dan Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, Tiongkok. Bukan cuma itu, sosok Boe juga punya peran penting ketika Denmark merebut Piala Thomas pada 2016 lalu.

Pebulutangkis berusia 39 tahun ini mengatakan bila awalnya ia berencana untuk pensiun setelah Piala Thomas atau Olimpiade Tokyo 2020. Namun faktor kelelahan mental telah membuatnya harus mengucap salam perpisahan hari ini.

“Setelah mengumumkan pada Februari lalu kalau Piala Thomas atau Olimpiade akan menjadi turnamen terakhir, saya pikir itu mungkin akan memberi motivasi. Tapi sayangnya, itu memiliki efek sebaliknya. Saya perhatikan bahwa saya belum berada di sana sepenuhnya, baik untuk pelatihan maupun untuk pertandingan,” bebernya.

“Pikiran saya belum ada di tempat yang tepat. Secara mental, saya terlalu lelah. Sepanjang karir saya, saya menuntut diri untuk melakukan semua demi menjadi pemain bulutangkis terbaik yang saya bisa. Tapi saya belum bisa melakukan itu belakangan ini. Itulah mengapa sekarang saatnya untuk berhenti,” sambungnya.

“Rasanya aneh memutuskan untuk berhenti. Tapi kadang saya mengingat kembali beberapa momen besar dan merindukannya. Tapi saya juga melakukan itu ketika saya masih aktif, jadi tidak ada banyak perbedaan. Yang terpenting, saya lega semuanya sudah berakhir,” tandasnya.