"Bersyukur Tuhan kasih kesempatan lagi tampil di semifinal. Setelah dua pertandingan hasilnya kurang bagus, Australian Open dan Kejuaraan Dunia," ungkap Jonatan, sebagaimana dilaporkan Antara.
Soal pertandingannya Jonatan menceritakan, sebenarnya pada awal pertandingan ia berada dalam posisi lapangan yang kurang menguntungkan. Namun, setelah ia berusaha membaca situasi lapangan, Jonatan justru menyadari bahwa situasi Shesar juga sama tidak menguntungkan. Dari analisisnya tersebut, ia pun mencoba untuk mencari celah menyerang dan menekan Shesar. "Sebenarnya di gim pertama posisi saya yang kurang enak tapi entah kenapa, mas Vitonya malah lebih tidak enak," ujar Jonatan.
Pada gim kedua, perkiraannya mengenai apa yang dirasakan Shesar memang benar. Saat berganti posisi lapangan, ia pun merasakan bahwa sisi lapangan yang ia tempati juga tidak memberikan keuntungan teknis.
"Di gim kedua ternyata saya juga merasakan hal yang sama. Beruntung di poin-poin akhir bisa menguasai keadaan dengan tidak terlalu mengumbar power walaupun kondisi lapangan lebih enak untuk bermain dengan power," imbuh Jonatan.
Jonatan menceritakan, performanya masih terjaga cukup baik hingga babak delapan besar turnamen BWF Super 1000 tersebut. Setelah kalah dari Kejuaraan Dunia di Denmark, Jonatan memutuskan untuk langsung kembali ke Tanah Air dan kembali berlatih intensif di pelatnas Cipayung.
"Satu hari setelah kalah di Kejuaraan Dunia saya memutuskan untuk pulang dan itu menurut saya berpengaruh dengan performa di sini. Dengan pulang duluan saya jadi bisa lebih lama latihan, lebih fokus dan menghilangkan jet lag lebih cepat," paparnya.
Untuk persiapan pada semifinal, ia mengatakan bahwa akan fokus istirahat dan berdiskusi dengan pelatih untuk mencari strategi terbaik.