"Raymond/Joaquin punya progress yang bagus dari pertama kali kami (Andrei dan Chafidz Yusuf) pegang," katanya kepada tim Humas dan Media PP PBSI, Minggu (26/10).
"Akhirnya di Medan ini bisa 'pecah telur' dan kita happy banget. Semua satu tim ganda pratama berarti untuk pasangan-pasangan lain juga bisa meraih gelar juara," Andrei, menambahkan.
Raymond/Joaquin menjuarai Indonesia Masters II 2025 berkat kemenangan atas pasangan "gado-gado" asal Korea Selatan dan Malaysia, Choi Sol Gyu/Goh V Shem, Bertanding di GOR PBSI, Medan, Sumatra Utara, Mereka menang tiga gim 21-18, 17-21, 24-22 dalam durasi 66 menit.
Lebih lanjut Andrei menjelaskan, tantangan utama pada laga final turnamen level BWF Tour Super 100 tersebut adalah memberikan arahan kepada Raymond/Joaquin agar dapat memenangi setting di gim ketiga. Fokus pembinaan tidak lagi pada aspek teknis, melainkan pada penguatan kepercayaan diri terutama bagi Joaquin dalam bermain lebih aman. Sementara, saat unggul 11-9 di gim kedua, Raymond justru tampil terlalu hati-hati sehingga kehilangan banyak poin dan akhirnya kalah.
"Memang kalau pertandingan final, kan, berbeda. Harus bisa jaga ekspektasi, jangan terlalu rendah, dan jangan terlalu tinggi, tetapi harus pas kadarnya dan memang selama satu minggu ini kita selalu ingetin itu," jelasnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Andrei kepada pasangan muda "Merah Putih" lainnya, Faathir Rayhan/Devin Artha Wahyudi, yang merupakan duet baru dan mampu menembus semifinal di Medan. Begitu pun dengan Daniel Edgar Marvino/Muh. Putra Erwiansyah, yang biasanya mampu bersaing ketat dengan Joaquin/Raymond, kali ini harus terhenti di babak kedua setelah bertemu pasangan senegara. Hasil tersebut disayangkan karena keduanya sebenarnya memiliki peluang untuk melaju lebih jauh. "Secara keseluruhan progress ganda putra pratama bagus dan anak-anak juga mau kerja keras buat masa depan mereka. Devin/Fathir juga sudah juara IC (International Challenge) kemarin," katanya.


