Verawaty Fadjrin Wafat, Ucapan Dukacita Mengalir

Tim Uber Cup Indonesia 1988: Verawaty Fajrin (berdiri, keempat dari kanan) dan Yanti Kusmiati (jongkok, kiri) (Foto: Dok. Tangkas: 67 Tahun Berkomitmen Mencetak Jawara Bulu Tangkis)
Tim Uber Cup Indonesia 1988: Verawaty Fajrin (berdiri, keempat dari kanan) dan Yanti Kusmiati (jongkok, kiri) (Foto: Dok. Tangkas: 67 Tahun Berkomitmen Mencetak Jawara Bulu Tangkis)
Nasional ‐ Created by EL

Nusa Dua | Kabar berpulangnya legenda bulu tangkis Verawaty Fadjrin di Jakarta, Minggu (21/11) pagi, juga dirasakan para insan bulu tangkis Indonesia yang tengah berpartisipasi di ajang Indonesia Masters 2021. Mereka menyampaikan dukacita mendalam dan doa untuk pahlawan bulu tangkis Tanah Air ini.

Vera, yang wafat di usia 64 tahun, tak hanya dikenal sebagai sosok berprestasi, tetapi juga pembimbing yang begitu peduli dan perhatian kepada rekan dan atlet binaannya. "Saya ikut mengucapkan berbela sungkawa untuk keluarganya. Semoga yang ditinggalkan tetap kuat. Yang kita tahu Bu Vera itu salah satu legenda Indonesia. Jadi ya, ikut sedih juga dengan meninggalnya Bu Vera," kenang atlet ganda putra Hendra Setiawan, dalam siaran pers Humas PP PBSI.

"Dulu waktu masih melatih di Pelatnas Cipayung, saya tahu Bu Vera itu orangnya baik dan suka memberi nasihat ke anak-anak yang lebih muda, termasuk saya," Hendra, menambahkan.

Pemain yang lain, Fajar Alfian juga merasakan kehilangan dengan berpulangnya juara tunggal putri Kejuaraan Dunia 1980. "Saya juga mengucapkan turut berdukacita atas berpulangnya Bu Verawaty. Beliau adalah sosok legenda buat badminton Indonesia. Kita semua pasti sangat sedih kehilangan beliau. Semoga almarhumah diterima di sisi Allah, dan semua keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran," kata Fajar.

Doa senada datang dari Candra Wijaya. Peraih medali emas Olimpiade Sydney 2000 ini juga merasa kehilangan sosok Vera. Apalagi, pada 2018 klub Candra Wijaya International Badminton Center pernah menganugerahkan "Penghargaan Pemain Legenda" kepada pasangan Vera dan Imelda Wigoena.

"Saya juga merasa kehilangan dan duka sedalam-dalamnya. Terlebih lagi kita tahu bahwa Kak Vera adalah pejuang, pahlawan, dan atlet bulu tangkis yang banyak mengharumkan nama bangsa," ujar Candra.

Di mata Candra, meninggalnya juara ganda putri All England 1979 bersama Imelda Wigoena itu meninggalkan suri teladan dan inspirasi bagi pemain-pemain sekarang.

"Kita semua harus mencontoh dan wajib meneruskan perjuangan Kak Vera. Semangat, dedikasi, dan pengabdian beliau yang begitu besar sejak menjadi atlet, pembina, dan pengurus, tentunya tidak lekang sampai kapan pun, termasuk prestasi yang telah beliau torehkan untuk perbulu tangkisan Indonesia," tutur Candra.

Legenda bulu tangkis Indonesia yang lain Taufik Hidayat juga merasa kehilangan sosok Vera. Peraih emas Olimpiade Athena 2004 ini pun mengucapkan ikut berdukacita dan mengirimkan doa. "Saat saya bergabung di Pelatnas Cipayung, Bu Vera juga dempat melatih di sana. Dia sosok yang suka bercanda dan memberi semangat. Meski melatih di tunggal putri, saya tahu beliau adalah sosok yang baik dan ramah. Semoga beliau ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah," kata Taufik.

Pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi juga merasa berduka dengan berpulangnya Vera. Menurutnya, Vera merupakan salah satu pahlawan kemenangan Indonesia memboyong Piala Sudirman 1989 itu sosok yang baik dan juga berprestasi besar. "Saya ikut berdukacita atas meninggalnya Kak Vera, sosok yang berprestasi dan suka bercanda tetapi tegas saat melatih," katanya.

"Saya pribadi, pemain, dan pelatih ganda putra mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan atas meninggalnya Kak Vera," demikian Herry.