Selama Aktif jadi Atlet, Debby Susanto Merasa Malu Kalau Latihannya Kurang Keras dari Senior

Debby Susanto (kanan) saat menerima penghargaan dari Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin.
Debby Susanto (kanan) saat menerima penghargaan dari Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin.
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Mantan pebulutangkis ganda campuran Indonesia, Debby Susanto menceritakan sedikit pengalamannya ketika masih aktif menjadi atlet saat hadir sebagai bintang tamu dalam program ‘Tektokan Ala Butet’ di kanal Youtube PB Djarum. Menurut Debby, sosok Butet alias Liliyana Natsir punya peranan penting dalam karier serta prestasinya di dunia bulutangkis.

Selama menghuni Pelatnas PBSI, Debby memang dikenal sebagai sosok pekerja keras. Dia tidak pernah melewatkan program latihan yang diberi pelatih. Bahkan Debby selalu menambah porsi latihannya.

“Aku malu kalau program latihan aku sama dengan cik Butet. Aku ngerasa dia sudah punya banyak prestasi dan juara di mana-mana, tapi cik Butet gak pernah sekali pun bolos latihan dan gak pernah telat. Jadi aku ngerasa malu kalau program latihan aku sama dengan cik Butet. Jadi secapek apapun, aku harus bisa (latihan) dua kali lipat dari cik Butet. Supaya bisa ngejar dia,” ungkap Debby Susanto.

“Waktu pertama kali masuk ganda campuran, aku tuh ngerasa aku paling bawah. Dari semua pemain, senior ataupun yang seumuran, aku ngerasa aku tuh paling bawah. Aku juga ngerasa kemampuan aku gak sama dengan mereka. Tapi waktu itu, entah kenapa begitu masuk (lapangan), aku patokannya cik Butet. Aku gak mau di atas dia, tapi aku mau setidaknya ada di satu atau dua di bawah cik Butet. Nah itu juga yang buat aku nggak mau nyerah sekalipun lagi cedera,” sambung dia menambahkan.

Lebih lanjut Debby mengatakan kalau dia selalu mencontoh hal-hal positif dari seorang Liliyana. Sekecil apapun itu, adalah pembelajaran penting buat Debby. “Kami selalu sekamar kalau turnamen ke luar (negeri). Selama sekamar sama cik Butet, ya aku jadi mencontoh (kebiasaan Liliyana). Mempersiapkan pertandingan itu benar-benar, fokusnya nggak ke sana-sini,” tuturnya.

Sementara itu, sebelum menjadi pemain ganda campuran dan menjuarai sejumlah turnamen seperti All England 2016, ternyata Debby pernah bermain di nomor tunggal. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena dia merasa sulit mengembangkan diri. Bahkan saat pertama kali masuk Pelatnas PBSI, Debby masih berstatus sebagai pemain ganda putri.

“Pertama masuk klub, kata orang tua itu main single udah paling bagus. Pokoknya single itu keren, gak bergantung sama orang dan hadiah ambil sendiri. Tapi jujur waktu pertama masuk klub aku ngerasa nggak mampu bersaing. Apalagi aku dari daerah, sparing-nya kurang. Jadi waktu pertama kali itu cukup kaget dan minder banget,” kata Debby.

“Sekitar umur 15 tahun, aku sudah mutusin maunya main ganda, tapi belum ganda campuran waktu itu. Pertama seleknas (Seleksi Nasional) di Pratama, aku main di ganda putri,” tutupnya.