(Kaleidoskop 2019) Bulutangkis Tanah Air Terus Berkembang

Selebrasi kemenangan Muhammad Rayhan Nur Fadillah/Rahmat Hidayat (Jawa Tengah).
Selebrasi kemenangan Muhammad Rayhan Nur Fadillah/Rahmat Hidayat (Jawa Tengah).
Nasional ‐ Created by Bimo Tegar

Jakarta | Tak lama lagi 2019 akan berlalu dan menyongsong 2020 yang penuh harapan. Bulutangkis Indonesia terus berupaya meingkatkan kualitasnya demi menjaga tradisi juara. Melalui berbagai kejuaraan tingkat nasional, perlahan regenerasi bulutangkis Indonesia mulai muncul ke permukaan untuk semakin berkembang dan mengukir sejarah-sejarah baru di kancah dunia. Mulai dari tangis haru hingga mencatatkan rekor, sejatinya cukup mewarnai perjalanan bulutangkis Tanah Air sepanjang 2019 ini. Berikut adalah tiga momen tak terlupakan dan membanggakan dalam sejarah bulutangkis nasional yang berhasil dirangkum Djarumbadminton.com sepanjang 2019.

  • Perjuangan di Kejuaraan Nasional PBSI

Kejuaraan Nasional (Kejurnas) PBSI 2019 yang mempertandingkan nomor perorangan di kategori dewasa dan taruna Divisi 1 serta Divisi 2 menyuguhkan atmosfer persaingan yang begitu ketat. Sederet pebulutangkis dari belahan penjuru Tanah Air berlomba-lomba menjadi yang terbaik dengan perjuangan yang luar biasa sedari awal hingga akhir. Menariknya, dari kategori dewasa Divisi 1, provinsi DKI Jakarta nyaris menyampu bersih gelar juara di Kejurnas PBSI 2019 dengan raihan empat setengah medali emas.

Empat wakil DKI Jakarta yakni Christian Adinata (tunggal putra), Asty Dwi Widyaningrum (tunggal puri), Amri Syahnawi/Muhammad Fachrikar P Mansur (ganda putra) dan Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta (ganda putri) keluar sebagai juara di sekornya masing-masing. Sementara setengah gelar lagi dipersembahkan Adnan Maulana yang turun di sektor ganda campuran bersama dengan Mychelle Crhystine Bandaso yang merupakan wakil Provinsi Jawa Tengah.

“Puji Tuhan saya bisa juara di Kejurnas ini, semua bukan karena kuat dan hebat saya tapi karena kuasa Tuhan. Dan pastinya senang banget bisa dapat gelar di kejuaraan ini. Agak nggak nyangka juga bisa juara, karena memang dari awal juga lawannya nggak gampang. Gelar juara ini saya persembahkan untuk orang tua saya, pelatih dan tim,” ungkap Christian Adinata kepada Djarumbadminton.com.

Tidak sampai di situ, dari kategori taruna Divisi 1, pebulutangkis ganda asal Provinsi DKI Jakarta, Putri Larasati sukses menyabet dua medali sekaligus pada gelaran Kejurnas PBSI 2019 ini. Putri mampu mendulang medali emas dari nomor ganda taruna putri saat tampil bersama Jesita Putri Miantoro dan satu perak dari nomor ganda taruna campuran bersama Muhammad Yusuf Maulana.

Sedangkan dari Divisi 2, pebulutangkis asal Provinsi Jawa Timur, Muzammil Elya Tantri sukses membawa pulang dua medali emas dari ajang Kejurnas PBSI 2019 ini. Tantri berhasil meraih gelar juara di nomor ganda taruna putri bersama Elok Machsunnah dan ganda dewasa campuran yang berpasangan dengan Ragawa Tamasuta Ayodya.

Tantri menjadi salah satu pebulutangkis yang paling menonjol di kelas Divisi 2 Kejurnas PBSI 2019 ini. “Nggak nyangka bisa dapet dua gelar juara. Kalau di taruna memang targetnya juara, tapi di dewasa nggak ada target sama sekali, main lepas saja karena lawannya senior. Pastinya senang banget bisa dapat dua medali emas di Kejurnas kali ini,” kata Muzammil Elya Tantri.

 

  • Promosi dan Degradasi

Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) memberlakukan sistem promosi dan degradasi demi menjaga serta meningkatkan kualitas bulutangkis Indonesia di pemusatan latihan nasional (Pelatnas) pada penghujung 2019 ini. Yang dinilai tidak berkembang, akan dikembalikan ke klubnya masing-masing, sementara mereka yang berpotensi dan bersinar di kejuaraan tingkat nasional bakal mendapatkan promosi untuk bergabung bersama pelatnas PBSI. Bahkan, PP PBSI memberikan sayembara kepada seluruh pebulutangkis muda yang ambil bagian pada ajang Kejurnas PBSI 2019, dengan imbalan masuk ke dalam pelatnas PBSI di Cipayung.

Para peraih medali emas di Divisi 1 Kejurnas PBSI 2019 dipastikan mendapat tiket untuk bergabung ke pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur. Mereka akan mendapatkan kesempatan berlatih di pelatnas bersama para pebulutangkis dunia dengan status magang. Tapi dalam enam bulan kedepan, PBSI akan menilai lebih lanjut dari semua aspek kriteria, baik teknik, fisik, karakter, daya juang, disiplin dan lain-lain. Hal ini dilakukan demi meningkatkan kualitas bulutangkis di Indonesia.

Menariknya, Pelatnas PBSI 2020 lebih banyak mengambil pebulutangkis-pebulutangkis muda yang dinilai potensial. Bila sebelumnya penghuni Pelatnas PBSI hanya tercatat 98 atlet, kali ini PBSI merilis 105 nama pebulutangkis yang akan bergabung di Pelatnas. Hal tersebut diumumkan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti melalui Surat Keputusan nomor SKEP/106/0.3/XII/2019.

“Ada penambahan jumlah yang signifikan terutama dari kelompok pratama. Tahun lalu jumlah total pemain pelatnas ada 98 atlet, tahun ini jadi 105 atlet. Pertimbangannya, kita banyak merekrut pemain muda, karena memang kita sedang menyaring bibit-bibit muda yang potensial untuk dibina di pelatnas,” kata Susy Susanti.

 

  • Tak Terkalahkan, Nadiya/Tiara Sapu Bersih Gelar di Djarum Sirkuit Nasional 2019

Rekor emas sukses dicatatkan pebulutangkis ganda dewasa putri asal PB Pertamina Fastron, Nadiya Melati/Tiara Rosalia Nuraidah yang berhasil menyabet delapan gelar di ajang Djarum Sirkuit Nasional 2019. Nadiya/Tiara bahkan tidak terkalahkan hingga akhirnya mampu menyapu bersih semua gelar yang diperebutkan sepanjang rangkaian Djarum Sirkuit Nasional 2019 mulai dari Kota Purwokerto, Palembang, Bandung, Banjarmasin, Jakarta, Mataram, Manado dan terakhir di Kota Madiun.

“Alhamdulillah, pastinya sangat bersyukur. Nggak mudah buat kita bisa sampai seperti ini, nggak mudah juga melewati satu demi satu pertandingan yang sudah kita lalui. Rasanya nggak bisa diungkapkan. Senang dan bangga masih bisa ngukir prestasi di usia saya yang sekarang,” ungkap Nadiya Melati kepada Djarumbadminton.com.

Meski sukses menyapu bersih gelar di ajang Djarum Sirkuit Nasional 2019, namun Nadiya/Tiara mengaku tidak mendapatkannya dengan mudah. Mereka betul-betul harus menjaga konsistensi dan tahan dari berbagai terjangan para pesaingnya. “Jadi terima kasih juga untuk tiara karena sudah mau berjuang sampai akhir. Karena pertandingan ini betul-betul penting dan nggak mudah untuk dilalui,” kata Nadiya.

“Setiap lawan pasti lama-lama mempelajari permainan kita. Jadi rasanya itu campur aduk bisa juara delapan kali di Sirnas tahun ini,” beber Tiara Rosalia Nuraidah.