Atlet asal negeri matador tersebut tak bisa menyelesaikan pertandingan. Mulanya, ia memenangi gim pertama dengan skor 21-14. Memasuki gim kedua, dominasi Marín kembali terlihat dan unggul 10-6.
Pebulu tangkis berusia 31 tahun itu tampil dominan, sampai saat ia mendarat dengan salah di lututnya yang pernah dioperasi, dan terjatuh sambil berteriak kesakitan. Marín kemudian menepi dan dihampiri para ofisial pertandingan serta kedua pelatihnya. Ia lalu duduk dan mengenakan pelindung pada lutut kanannya. Marín pun kembali bertanding.
Namun, setelah kehilangan dua poin, Marín tak mampu melanjutkan pertandingan. Marín tak kuasa menahan tangis saat meninggalkan Lapangan 1.
"Tadi aku nggak sempat lihat keputusannya (mundur. Setelah tahu, bingung ya. Salah banget kalau aku happy dengan penderitaan orang lain. Aku bersyukur dapat medali, tetapi tidak happy. Rasanya ada yang salah karena aku tak bertanding (untuk perebutan medali perunggu)," katanya, dilansir dari Kompas, Senin (5/8).
Media harian tersebut menyatakan, Jorji, sapaannya, masih memikirkan nasib orang lain di tengah kejayaannya setelah mampu menjadi tunggal putri "Merah Putih" keempat yang meraih medali Olimpiade. "Sebagai atlet, aku tahu itu sangat berat. Apalagi, ini Olimpiade, mimpi semua atlet," tuturnya.
"Semoga Marin baik-bak saja," harap atlet asal Wonogiri, Jawa Tengah ini,
Sementara, medali emas tunggal putri pada Paris 2024 menjadi milik An Se Young (Korea Selatan). "Si Anak Ajaib" menang atas He Bing Jiao melalui straight games 21-13, 21-16.
Antara mencatat, pencapaian ini menandai pertama kalinya ada tunggal putri Korea Selatan yang memenangkan medali Olimpiade sejak emas yang diraih oleh Bang Soo Hyun pada Atlanta 1996.