Indonesia Open 2022 - Pesona Pemain Jepang di Istora

Nami Matsuyama & Chiharu Shida (Djarum Badminton)
Nami Matsuyama & Chiharu Shida (Djarum Badminton)
Indonesia Open ‐ Created by EL

Jakarta | Laga final ganda putri Indonesia Open 2022 antara sesama pemain Jepang di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (19/6), tak pernah hening oleh teriakan penonton. "Nami, Shida...!" terdengar suara kencang disorakkan dari sisi selatan tribune yang diiringi suara pukulan balon tepuk. Namun, bagi Haruo Shikaya, wartawan Jepang yang telah meliput di Istora selama 12 hari terakhir, teriakan tersebut sudah terbiasa mampir di telinganya. Ironinya, di negerinya, para pebulu tangkis Jepang tidak sepopuler di Tanah Air.

"Di Jepang, mereka tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Jepang itu sendiri. Mereka tidak tahu prestasi pemain-pemain Jepang ini apa saja," kata pria yang akrab disapa Haru ini kepada Djarum Badminton, seraya menunjuk Nami Matsuyama/Chiharu Shida dan Yuki Fukushima/Sayaka Hirota yang tengah berlaga di Lapangan 1.

"Mereka (masyarakat Jepang) mungkin tahu beberapa pemain Jepang yang sudah memiliki nama besar. Namun, itu pun tak sedetail apa yang diketahui masyarakat di Indonesia," Haruo, menambahkan.

Hal hampir senada juga dilontarkan Haruo pada laga ganda campuran yang membuka rangkaian partai final Indonesia Open 2022. Tak henti-hentinya penonton di Istora mengelu-elukan nama Yuta Watanabe/Arisa Higashino, yang pada akhirnya harus mengakui keunggulan pasangan China, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong.

Begitu teriakan, "Yuta, Arisa...!" terdengar dari sisi atas tribune, wartawan BadPal ini melongok ke atas mencari-cari asal sumber teriakan tersebut.

Laman berita kompas.com menyebutkan, wartawan media bulu tangkis Jepang itu mengagumi kecintaan masyarakat Indonesia terhadap bulu tangkis. Ia juga mengapresiasi antusiasme para penonton di Istora. "Penggemar bulu tangkis di Indonesia sangat besar. Semua orang tahu bulu tangkis. Sangat berbeda dengan Jepang," ujar Haruo. "Ketika ada pebulu tangkis, tidak peduli dari negara apa, mereka selalu bersorak. Itu tidak terjadi di Jepang," tambahnya.

Hal ini, kata Haruo, bertolak belakang dengan antusiasme masyarakat Jepang terhadap olahraga pukul bulu ini. "Bulu tangkis di Jepang sangat kecil. Itu olahraga kecil, tidak seperti di Indonesia atau Malaysia," demikian Haruo.